Translate

Makalah Peran Bidan dalam Kasus IMS dan HIV/AIDS



Infeksi Menular Seksual dan HIV/ AIDS
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Kesehatan Reproduksi Dan Keluarga Berencana
Dosen Pengampu : Sandy Ari Susiatmi, SST







        Disusun Oleh :
1.             Eka Nurhayati                     (12.1126.B)
2.             Ika Zuhrotunnisa’               (12.1151.B)
3.             Putri Perwita Sari                (12.1180.B)
4.             Ulfah Qurrotul Aini            (12.1208.B)                

                        KELOMPOK : 7
                            KELAS : 2C

PRODI DIII KEBIDANAN
STIKES MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN
 2013
Prakata

            Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat, nikmat, serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini dibuat untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan Infeksi Menular Seksual dan HIV/ AIDS.
Dalam pembuatan makalah ini kami mengucapkan terima kasih kepada:
1.        M. Arifin S.Kp.M.Kep selaku Ketua STIKES Muhammadiyah Pekajangan.
2.        Pujiati Setyaningsih, S.Si.T. M.Kes selaku Ketua Prodi DIII Kebidanan STIKES Muhammadiyah Pekajangan.
3.        Sandy Ari Susiatmi, SST selaku dosen pengampu mata kuliah Asuhan Kebidanan Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana semester 3.

Penyusun sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan makalah ini. Akan tetapi kritik dan saran sangat kami butuhkan untuk memperbaiki makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun dan pihak-pihak yang membutuhkan.


Pekalongan,     Oktober  2013





Penulis





BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang
Dewasa ini, banyak masyarakat khususnya remaja yang telah terinfeksi penyakit menular seksual dan HIV/ AIDS. Ini disebabkan karena bebasnya pergaulan remaja, penggunaan jarum suntik yang tidak steril, dan sebab lainnya.  Jumlah kasus HIV/ AIDS dari tahun ke tahun di seluruh bagian dunia terus meningkat, meskipun upaya preventif telah dilaksanakan. Di indonesianya pun kasus HIV/ AIDS juga cukup tinggi. Kondisi ini begitu memprihatinkan, melihat generasi sekarang banyak yang telah tertular infeksi menular seksual dan HIV/ AIDS.
Penularan penyakit menular seksual dan HIV/ AIDS perlu dicegah dan jika telah sudah tertular untuk segera diberikan pengobatan agar tidak terjadi keterlambatan ataupun menjadi suatu komplikasi. Namun sampai saat  ini, obat untuk mengatasi HIV/ AIDS belum ada. Hanya saja perlu diberikan ARV (Anti Retro Viral) yang kerjanya untuk memperlambat kerja dari virus yang menyerang imun tubuh seseorang.
Dalam upaya meningkatkan pemahaman remaja tentang infeksi menular seksual dan HIV/ AIDS menjadikan remaja tegar dalam menghadapi masalah dan mampu mengambil keputusan terbaik bagi dirinya. Maka, pelayanan konseling sangat diperlukan oleh remaja. Meskipun kepedulian pemerintah, masyarakat, maupun LSM dalam memperluas penyediaan informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi sudah semakin meningkat namun dalam akses pemberian pelayanan konseling masih terbatas. Hal ini antara lain disebabkan karena jumlah fasilitas pelayanan konseling bagi remaja yang terbatas disamping itu kemampuan tenaga konselor dalam memberikan konseling kepada remaj di pusat-pusat pelayanan informasi, dan konsultasi kesehatan reproduksi remaja masih terbatas. Atas dasar itulah tenaga konselor, remaja, dan masyarakat perlu mengetahui tentang infeksi menular seksual dan HIV/ AIDS.

  1. Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dari Infeksi Menular Seksual ?
2.      Apa saja jenis-jenis IMS ?
3.      Bagaimana cara penularan IMS ?
4.      Apa yang harus dilakukan jika terkena IMS ?
5.      Bagaimana cara mencegah IMS ?
6.      Bagaimana peran bidan dalam mengatasi IMS ?
7.      Apa pengertian dari HIV/ AIDS ?
8.      Bagaimana patofisiologi virus HIV ?
9.      Bagaimana manifestasi klinik dan pemeriksaan penunjang dalam penanganan penularan virus HIV/ AIDS ?
  1. Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui pengertian Infeksi Menular Seksual.
2.      Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis IMS.
3.      Untuk mengetahui cara penularan IMS.
4.      Untuk mengetahui apa yang harus dilakukan jika terkena IMS.
5.      Untuk mengetahui cara mencegah IMS.
6.      Untuk mengetahui peran bidan dalam mengatasi IMS.
7.      Untuk mengetahui pengertian dari HIV/ AIDS.
8.      Untuk mengetahui patofisiologi virus HIV.
9.      Untuk mengetahui manifestasi klinik dan pemeriksaan penunjang dalam penanganan penularan virus HIV/ AIDS.

















BAB II
ISI

  1. Pengertian Infeksi Menular Seksual
Infeksi menular seksual (IMS) disebut juga Penyakit Menular Seksual (PMS) atau dalam bahasa Inggrisnya Sexually Transmitted Disease (STDs), Sexually Transmitted Infection (STI) or Venereal Disease (VD). Dimana pengertian dari IMS ini adalah infeksi yang sebagian besar menular lewat hubungan seksual dengan pasangan yang sudah tertular. IMS disebut juga penyakit kelamin atau penyakit kotor. Namun ini hanya menunjuk pada penyakit yang ada di kelamin. Istilah IMS lebih luas maknanya, karena menunjuk pada cara penularannya (Ditjen PPM & PL, 1997).
IMS atau Seksually Transmitted Disease adalah suatu gangguan atau penyakit yang ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui kontak hubungan seksual. IMS yang sering terjadi adalah Gonorhoe, Sifilis, Herpes, namun yang paling terbesar diantaranya adalah AIDS, kaena mengakibatkan sepenuhnya pada kematian pada penderitanya. AIDS tidak bisa diobati dengn antibiotik (Zohra dan Rahardjo, 1999).

  1. Jenis-jenis IMS
1.      Gonoroe (GO) atau kencing nanah
Penyakit gonoroe adalah salah satu penyakit IMS yang disebabkan oleh Neisseria Gonorhoe, tergolong bakteri diplokokus berbentuk seperti buah kopi. Masa inkubasi (waktu sebelum terjadi gejala) berkisar antara 3 sampai 5 hari setelah infeksi. Penyakit gonoroe paling banyak dijumpai dalam jajaran penyakit infeksi menular seksual namun mudah di obati, tetapi jika terlambat atau pengobatan yang kurang tepat dapat menimbulkan komplikasi yang fatal.
Infeksi gonore selama kehamilan telah diasosiasikan dengan pelvic inflammatory disease (PID). Infeksi ini sering ditemukan pada trimester pertama sebelum korion berfusi dengan desidua dan mengisi kavum uteri. Pada tahap lanjut, Neisseria gonorrhoeae diasosiasikan dengan rupture membrane yang premature, kelahiran premature, korioamnionitis, dan infeksi pascapersalinan.
Konjungtivitis gonokokol ( ophthalmia neonatorum), manifestasi terserang dari infeksi perinatal, umumnya ditransmisi selama proses persalinan. Jika tidak terapi, kondisi ini dapat mengarah pada perforasi kornea dan panoftalmitis. Infeksi neonatal yang lebih jarang termasuk meningitis sepsis diseminata dengan atritis, serta infeksi genital dan rectal.
a.                   Infeksi Gonoroe pada Pria
Bentuk yang paling sering adalah uretritis gonore anterior akuta yang dalam bahasa awam disebutnya juga kencing nanah. Gejala umumnya adalah rasa gatal dan panas diujung kemaluan, rasa sakit saat kencing dan banyak kencing, diikuti pengeluaran nanah diujung kemaluan dapat bercampur darah.
Pada pemeriksaan akan dijumpai ujung kemaluan merah, membengkak, dan menonjol, diujungnya bila dipijit akan keluar nanah. Penyakit ini bila tidak mendapat pengobatan yang tepat dapat menyebar kebagian alat kelamin lainnya seperti kandung kencing, prostat sampai buah zakar dan salurannya.
Dengan pengobatan yang kurang mantap, penyakit akan bersifat menahun dan menjadi sumber penularan bagi orang lain serta keluarganya.
b.                   Infeksi Gonoroe pada wanita
Infeksi pertama terkena pada wanita adalah mulut rahim, apalagi bila telah terdapat perlukaan sehingga penyebarannya kebagian bawah dan bagian atas alat kelamin semakin cepat. Infeksi mulut rahim disebut servisitis yang bersamaan dengan infeksi vagina (liang senggama) trikomonas maka gejala klinisnya semakin menonjol yaitu rasa nyeri pada daerah punggung, mengeluarkan keputihan encer seperti nanah.
Pemeriksaan serviks akan tampak berwarna merah, membengkak, perlukaan, dan tertutup oleh lendir bernanah.
 Lendir yang dikeluarkan sangat infeksius (bersifat menginfeksi), sehingga dapat menyebarkan penyakitnya menuju liang kencing  (uretritis) dengan gejala rasa sakit saat kencing, banyak kencing dan dapt bercampur nanah, pemeriksaan mulut saluran kencing menunjukkan berwarna merah, bengkak, bila diurut keluar nanah.
·       Jenis Tes : Pemeriksaan Nanah
·                    Penatalaksanaan
Diagnose gonore dapat dipastikan dengan menemukan N.gonorrhoeaae sebagai penyebab baik secara mikroskopik maupun kultur (biakan). Sensitivitas dan spesifitas dengan pewarnaan Gram dari sediaan serviks hanya berkisar antara 45-65%, sedangkan sensitivitas dan spesifisitas dengan kultur sebesar 85-95%.
Oleh karena itu untuk infeksi gonore tanpa komplikasi  adalah pengobatan dosis tunggal. Pilihan terapi yang direkomendasikan adalah :
a. Terapi Gonorrhoea
-   Penisilin (banyak yang resisten)
-   Cephalosporin :
     Cefixime : 400 mg single dose
   Ceftriaxone : 250 mg IM single dose
   Cefotaxime : 500 mg IM single dose
-   Quinolone (banyak yang resisten)
-   Spectinomisin : 2 g IM single dose


2.      Herpes Simpleks
Penyakit infeksi hubungan seksual dengan penyebab virus herpes simplekstipe I dan II. Gejala klinisnya adalah gejala umum dalam bentuk badan panas, lelah atau cepat lelah, napsu makan berkurang. Masa manifestasinya (inkubasinya) sekitar 3 minggu. Gejala lokal pada genitalia terdapat pembentukan vesikel berkelompok diatas kulit, kulit tampak basah dan lebih merah, terdapt ulkus yang dangkal, kulit keriput (krusta), rasa nyeri yang hebat, sehingga terdapt kesukaran berjalan.
Pada pria gejala klinisnya lebih ringan, karena sering mendapat pengobatan preventif sendiri, dibandingkan pada wanita. Pengobatan lokal dengan salep yang mengandung idoksuridin sedangkan pengobatan sistemik mempergunakan preparat asiklovir yang cukup memberikan harapan kesembuhan.
Semua virus herpes memiliki ukuran dan morfologi yang sama dan semuanya melakukan replikasi pada inti sel. Herpes Simplex Virus sendiri dibagi menjadi dua tipe, yaitu Herpes Simplex Virus tipe 1 (HSV-1) yang menyebabkan infeksi pada alat kelamin (genital).
Tetapi, bagaimanapun kedua tipe virus tersebut dapat menyebabkan penyakit dibagian tubuh manapun. HSV-1 menyebabkan munulnya gelembung berisi cairan yang terasa nyeri pada mukosa mulut, wajah dan sekitar mata. HSV-2 atau herpes genital ditularkan melalui hubungan seksual dan menyebabkan vagina terlihat seperti bercak dengan luka mungkin muncul iritasi, penurunan kesadaran yang disertai pusing, dan kekuningan pada kulit (jaundice) dan kesulitan bernapas atau kejang. Biasanya hilang dalam 2 minggu infeksi, infeksi pertama HSV adalah yang paling berat dan dimulai setelah masa inkubasi 4 - 6 hari. Gejala yang timbul meliputi nyeri, inflamasi dan kemerahan pada kulit (eritema) dan diikuti dengan pembentukan gelembung - gelembung yang berisi cairan bening yang selanutnya dapat berkembang menjadi nanah, diikuti dengan pembentukan keropeng atau kerang (scab).
Setelah infeksi pertama, HSV memiliki kemampuan yang unik untuk bermigrasi sampai pada saraf sensorik tepi menuju spinal ganglia dan berdormansi sampai diaktifasi kembali. Pengaktifan virus yang berdormansi tersebut dapat disebabkan penurunan daya tahan tubuh, stres, depresi, alergi pada makanan, demam, trauma pada mukosa genital, menstruasi, kurang tidur dan sinar ultraviolet.

·      Jenis Tes : Tes Darah
·      Terapi Herpes Simpleks
Terapi diberikan dalam bentuk krim, pil atau secara intrevena (infus). infeksi pada ibu hamil atau ibu menyusui, janin atau anaknya maka perlu resep dokter sendiri yang perlu ada tambahan obat bagi mereka.
·      Infeksi Primer
-  Acyckivir 3x400 mg dan Acyclovir 5x200 mg oral  (7-10 hari)
-  2x1 g oral (7-10 hari)
·           Infeksi berulang/kambuhan
- Acyclovir 2x800 mg oral (5 hari)
- Valacyclovir 2x500 mg oral (3 hari)
·      Terapi Supresi : yang sering kambuh (> 6x/tahun)
- Acyclovir 400 mg oral 2 kali sehari (6 bln- 1 tahun)
- Valacyclovir 500 mg oral sekali sehari (1 tahun)





3.      Sifilis atau raja singa
Penyebab dari sifilis adalah treponema pallidum, orde spirochaetaeas. yang diserang oleh penyakit ini adalah semua organ tubuh, sehingga cairan tubuh mengandung treponema pallidum. Stadium lanjut menyerang sistem pembuluh darah dan jantung, otak dan susunan saraf. Penjalaran menuju janin yang sedang berkembang dalam rahim dapat menimbulkan kelainan bawaan janin dan infeksi dini saat persalinan.
Masa inkubasinya cukup panjang sekitar 10-90 hari dan rata-rata 3 minggu. Timbul perlukaan di tempat infeksi masuk, terdapat infitrat (pemadatan karena serbuan sel darah putih) yang selanjutnya mengelupas dan menimbulkan perlukaan dengan ciri perlukaan dengan permukaan bersih, berwarna merah, kulit sekitarnya tidak terdapat tanda radang, membengkak, dan sebagiannya, tidak terasa nyeri, perlukaan mendatar dapat berubah menjadi ulkus karena dindingnya tegak lurus kedalam, ulkus ini tidak nyeri dan disebut ulkus durum. Penyakit infeksi dapat menyebar ke daerah kelenjar getah bening regional yang berbentuk soliter artinya tidak ada pelekatan tanpa rasa nyeri, dan pergerakannya bebas.

·         Macam-macam sifilis
a.       Sifilis primer
Dalam banyak kasus, yang jelas salah satunya gejala sifilis primer adalah rasa sakit maag di sebut chancre yang muncul dalam waktu dua sampai enam minggu setelah seseorang menjadi terinfeksi dengan T. palidum. Biasanya, ulkus muncul pada penis, vulva, vagina atau anus. Hal ini juga dapat muncul pada leher rahim. Lidah, bibir dan bagian tubuh lainnya.
b.      Sifilis sekunder
Gejala yang paling umum adalah ruam lesi kecil mirip dengan penyakit cacar (biasanya cokelat kemerah-merahan), yang kelompok telah munculnya gatal-gatal yang tidak menghasilkan. Sementara mereka dapat muncul dimana pada tubuh, gejala sifilis sekunder adalah ruam pada telapak tangan dan telapak kaki.
c.       Sifilis laten
Sifilis laten (tersembunyi)di diagnose ketika seseoranng telah dihasilkan antibody terhadap bakteri tetapi tidak memiliki gejala infeksi. Sementara orang dengan sifilis laten secara umum tidak di anggap menular (yang berarti sangat tidak mungkin untuk mengirim bakteri padaorang lain).
Sifilis laten dapat di bagi menjadi laten awal atau laten lanjut, tergantung pada beberapa lama orang itu sudah terinfeksi. Orang dengan sifilis laten lanjut (orang-orang yang tidak tahu kapan infeksi yang di peroleh) untuk memerlukan perawatan lebih agresif di bandingkan dengan infeksi laten Dini (yang telah terinfeksi kurang dari satu tahun).
d.      Sifilis neurosifilis
Hal ini terjadi ketika T.pallidum menginfeksi otak atau sumsum tulang belakang (system saraf pusat). Infeksi dapat terjadi dalam setiap tahap sifilis bias menyebabkn kerusakan neurologis yang serius, termasuk kelumpuhan, hilang sensasi fisik, buta dan tuli bertahap. Neurosifilis bisa cukup berat sehingga menyebabkan cacat permanen atau kematian.

·         Jenis Tes : Tes Darah
·         Terapi Sifilis
-  Penisilin
 - Benzatin Benzilpenisilin G: 2,4 MIU IM single dose, injeksi 2 tempat
-  Procain Benzilpenisilin : 600.000 unit IM sekali sehari selama  10-14 hari
-    Azitromisin : 500 mg oral sekali sehari selama 10 hari
-    Cefriaxone : 1-2 g/hari IM/IV sekali sehari selama 8-10 hari
-    Doksisiklin : 200-300 mg/hari oral selama 10-14 hari
-    Tetrasiklin : 4x500 mg selama 14 hari
4. Kondiloma Akuminata (Kutil)
Kondiloma akuminatum (KA) adalah infeksi menular seksual (IMS) yang disebabkan oleh Human papilloma virus (HPV) yang menyerang kulit alat kelamin. KA disebut juga kutil kelamin, penyakit jengger ayam atau brondong jagung. KA ditularkan melalui sentuhan langsung, misalnya trauma pada saat hubungan seksual. Kelainan ini sering ditemukan pada dewasa muda, terbanyak pada kelompok umur 17-33 tahun, dengan frekuensi yang seimbang antara pria dan wanita.
Masa inkubasi KA sulit dipastikan, rata-rata sekitar 3 bulan. Pada wanita, lesi KA sering timbul di liang vagina, labia mayor dan minor, serta sekitar anus. Pada pria, tempat yang sering terkena adalah glans penis (topi baja), batang penis, daerah rambut kemaluan dan di buah zakar. Gambaran klinis KA berupa bintil atau benjolan sewarna daging, dengan permukaan tidak rata/berbenjol-benjol.
·         Jenis Tes : Pemeriksaan jaringan dan tes darah
·         Terapi Kondiloma Akuminata
·         Obat-obatan:
- Podofilox 0,5% solution atau gel 2xsehari (3hari) diikuti 4 hari   bebas terapi
-  Imiquimod 5% cream
Sekali sehari sebelum tidur 3 kali seminggu selama 16 minggu, cuci dengan sabun 6-10 jam setelah diaplikasikan.
·       Bedah
- Cryosurgery
- Laser eksisi
- Local eksisi
- Kauterisasi

5.  Klamidia
Penyakit Klamidia tergolong dalam infeksi menular seksual (IMS) pada manusia yang disebabkan oleh bakteri Chlamidia trachomatis dapat ditularkan melalui hubungan seksual secara vaginal, anal, atau oral, dan dapat mengakibatkan bayi tertular dari ibunya selama masa persalinan. Antara setengah dan tiga perempat dari semua wanita yang mengidap Klamidia pada leher rahim (cervicitis) tidak memiliki gejala dan tidak tahu bahwa mereka terinfeksi.
Pada pria, infeksi terjadi pada saluran kencing (urethritis) gejalanya : keluarnya putih dari penis dengan atau tanpa rasa sakit pada kencing (dysuria) dan menyebabkan peradangan pada daerah pernyimpanan dan kantung sperma (epididymitis).
Gejala yang kadang muncul pada wanita yaitu rasa panas terbakar pada pinggul. Jika Tanpa perawatan, Klamidia dapat menyebabkan infeksi serius reproduksi dan masalah-masalah kesehatan lainnya dengan baik jangka pendek maupun jangka panjanglamydia trachomatis, dapat merusak alat reproduksi manusia dan penyakit mata.
·       Jenis Tes : Pemeriksaan cairan atau lendir
·       Terapi Klamidia
-  Azitromisin : 1 g oral single dose
-  Doksisiklin : 2x100 mg selama 7 hari
-  Amoksisilin : 3x500 mg oral selama 7 hari
-  Eritromisin : 4x500mg oral selama 7 hari
-  Clarithromisin: 2x250 mg oral selama 7 hari
-  Quinolone :
Levofloksasin : 1x500 mg oral selama 7 hari
Ofloksasin : 2x200 mg oral selama 7 hari

6. Ulkus Mole (Chancroid)
Disebabkan oleh bakteri Hemophilus ducreyi.
Gejala-gejala yang mungkin ditimbulkan antara lain :
·       Luka lebih dari diameter 2 cm
·       Cekung, pinggirnya tidak teratur
·       Keluar nanah dan rasa nyeri
·       Biasanya hanya pada salah satu sisi alat kelamin
·      Sering (50%) disertai pembengkakan kelenjar getah bening di lipat paha berwarna kemerahan (bubo) yang bila pecah akan bernanah dan nyeri.
·      Komplikasi yang mungkin terjadi : kematian janin pada ibu hamil yang tertular, memudahkan penularan infeksi HIV.Tes laboratorium untuk mendeteksinya dengan pewarnaan Gram dan Biakan agar selama seminggu.

*   7. Hepatitis
Hepatitis diindikasi sebagai salah satu penyakit akibat infeksi virus DNA (hepatitisB) atau RNA (hepatitis C) yang terjadi pada (organ) hati, yang menyebabkan perasangan pada sel hati dengan segala akibatnya. Terdeteksi adanya hepatitis virus ABCDEF, namun yang berkaitan dengan PMS adalah B dan C.
Memiliki masa inkubasi antara 45-160 hari dan mengenai pada seluruh usia. Gejala yang muncul meliputi: lelah, kerongkongan terasa pahit, sakit kepala, diare, nafsu makan menurun,otot pegal-pegal dan sakit perut, demam tinggi serta vomitus.
a.       Hepatitis C
Gejala biasanya baru muncul 10-15 tahun setelah terinfeksi. Gejala yang muncul antara lain:lelah, mual, kehilangan nafsu makan,vomitus, sakit perut, otot terasa pegal, demam, diare dan sakit kuning.
·  Cara Penularan
Mediasi penularan hepatitis C yang utama adalah melalui pemakaian jarum suntik yang tidak disposible. Namun virus ini juga bisa ditularkan melalui hubungan seksual dengan proporsi yang lebih rendah (yakni dengan pemaparan antara darah wanita menstruasi yang melakukan hubungan seks dengan perlukaan akibat hepatitis pada pria pasangannya). Untuk mendeteksi, pemeriksaan anti-hepatitis C virus ditegakkan.
·      Pemeriksaan darah sebagai pemeriksaan lab tambahan.
              Obat-obatan untuk penderita hepatitis C kronis saat ini telah tersedia, sayangnya terbukti tidak selalu efektif dan punta efek samping. Gejala terburuk adalah kerusakan hati yang serius. Menghidari pemaparan spesimen tubuh dan kontak langsung dengan penderita. Hidup sehat dan teratur sebagai alternatif bijak untuk menghindarinya.
b.       Hepatitis B
HbsAg+ berperan menyebarkan virus melalui cairan yang sudah terinfeksi, antara lain: air mani, darah, cairan vagina ataupun ludah masuk ke tubuh manusia melalui luka yang terbuka dan bagian tubuh yang memungkinkan untuk infeksi bakteri.
·  Tes (diagnosa) HbsAg telah ditemukan hampir pada spesimen tubuh yang terinfeksi, yaitu: darah,  semen, saliva, air mata, ascites, ASI dan urine penderita.
·  Terapi untuk penderita virus ini: asimptomatis, interferon.
Istirahat, menghindari stres, tidak melakukan aktivitas berat dan memenuhi kebutuhan nutrisi dan gizi yang seimbang. Selain itu kurangi dan hindari kebiasaan merokok dan alkoholik. Antibodi virus ini bersifat seumur hidup setelah penderita terjangkit, namun masih mungkin terinfeksi hepatitis C. Komplikasi sebagai penyebab utama hepatitis akut,kronik, serosis bahkan kanker hati.
·                 Pencegahan
Vaksin yang aman dan adekuat telah tersedia. Pemberiannya dilakukan 3 kali penyuntikan selama 6 bulan berturut-turut dan semuanya dilakukan di bahu. Hindari sebisa mungkin untuk tidak terpapar spesimen penderita.
8. HIV/AIDS
HIV ada singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. Virus yang menyebabkan rusaknya atau melemahnya sistem kekebalan tubuh manusia.Virus HIV membutuhkan sel-sel kekebalan tubuh kita untuk berkembang biak. Acquired Immuno Deficiency Syndrom (AIDS) muncul setelah HIV menyerang sistem kekebalan tubuh kita selam lima hingga sepuluh tahun atau lebih. penyabab AIDS adalah lymphadenopaty associated virus (LAV),human T cell leucemia virus III (HTLV III), human T cell lymphotrophic virus. Berntuk virus ini selalu berubah-ubah sehingga sulit dibuat vaksin dan obat yang dapat menyembuhkan. HIV berkembang dari infeksi menjadi suatu penyakit yang mengancam jiwa manusia, yaitu Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), dalam 4 fase berikut :
1.      Fase1:
Fase ini dimulai tepat setelah infeksi dan berlangsung selama beberapa minggu. Fase 1 ini ditandai dengan perasaan “tidak enak badan” seperti flu, meski pada 20% penderita terjadi flu yang parah. Tes HIV yang dilakukan pada fase ini mungkin menunjukkan bahwa anda tidak terinfeksi HIV.
2.      Fase 2:
Fase ini adalah tahap yang terpanjang diantara keempat fase lainnya, bahkan dapat berlangsung hingga sepuluh tahun. Selama fase ini hampir tidak ada gejala serta penderita terlihat dan merasa sehat-sehat saja. Padahal sebenarnya, pada fase inilah virus sedang berkembang. Pelan-pelan HIV menghancurkan sel-sel CD4 dalam darah, yang berjumlah banyak sekali untuk melawan penyakit. Semakin sedikit sel CD4 yang anda miliki, sistem kekebalan tubuh anda semakin melemah dan anda akan semakin sulit untuk menghindari penyakit. Memang tubuh akan melawan dengan cara mengganti sel CD4 yang rusak atau hilang dengan yang baru sebanyak mungkin, tetapi selalu kalah cepat dibanding dengan pembiakan HIV dalam tubuh anda. Untuk membantu tubuh dalam memerangi HIV ini, para peneliti telah mengembangkan obat-obatan antivirus yang bisa dikonsumsi orang-orang dengan HIV.
3.      Fase 3 :
Fase ini dimulai ketika sel CD4 dalam tubuh sudah dikuasai virus yang pada tahap ini sudah banyak sekalidalam darah. Ketika sistem kekebalan tubuh sudah gagal, penyakitpun mulai menyerang. Penyakit-penyakit ini adalah penyakit yang biasanya dapat dilawan sistem kekebalan tubh dengan mudah, ironisnya penyakit inilah yang mnguasai dan mengendalikan tubuh yang terinfeksi HIV dan gejala penyakitpun berkembang. Pada awalnya gejala-gejala ini ringan, misalnya : lelah, diare, infeksi jamur, demam, berat badan terus menurun, berkeringat pada malam hari, pembengkakan kelenjar limpa, infeksi pada sekitar area mulut, atau batuk yang terus-menerus. Tetapi seiring dengan semakin melemahnya sistem kekebalan, gejala-gejala ini semakin parah.
4.       Fase 4 :
Ketika gejala-gejala penyakit (seperti tuberculosis atau cancer) kin parah, selanjutnya penderita didiagnosis menderita AIDS. Pada fase ini obat-obatan antivirus hanya bisa memperlambat perkembangan virus ini.





C.     CARA PENULARAN IMS
Kita bisa terkena IMS melalui hubungan seks yang tidak aman, yang dimaksudkan dengan tidak aman adalah :
·      Hubungan seks lewat liang senggama tanpa kondom (zakar masuk   ke vagina atau liang senggama).
·      Hubungan seks lewat dubur tanpa kondom (zakar masuk ke dubur)
·      Seks oral (zakar dimasukkan ke mulut tanpa zakar ditutupi kondom)

D.     YANG HARUS DI LAKUKAN JIKA TERKENA IMS
   Kalau terkena IMS atau curiga terkena IMS :
1.    Cepat ke dokter, IMS harus diobati, tetapi jangan mengobati sendiri. Dokter saja perlu melakukan tes untuk memastikan IMS yang diderita pasiennya. Obat IMS juga berbeda-beda tergantung jenis IMS-nya. Cuma dokter yang tahu obat paling tepat untuk IMS yang diderita. Pergilah ke dokter, klinik, puskesmas atau rumah sakit. ikuti saran dokter atau petugas kesehatan dan habiskan semua obatnya meski sakit dan gejalanya sudah hilang. Ajak atau anjurkan semua pasangan seks yang Anda ketahui untuk juga berobat.
2.    Jangan melakukan hubungan seks selama dalam pengobatan IMS.
3.    Beberapa IMS meskipun diobati, tidak bisa disembuhkan dan sifatnya kumat-kumatan. Herpes misalnya, akan kumat pada waktu-waktu tertentu
4.    Tes IMS tidak selalu dilakukan kecuali kalau perlu. Biasanya dokter memeriksa berdasarkan tanda-tanda atau gejala-gejala yang kita rasakan. Jawablah semua pertanyaan dokter dengan jujur supaya ia dapat memberikan obat yang tepat.




E.CARA PENCEGAHAN IMS
a. Pencegahan Penularan lewat seks :
·         Absen dari seks atau tidak berhubungan seks sama sekali sehingga tidak ada cairan kelamin yang masuk kedalam tubuh. Ini sama dengan pantang seks atau puasa seks saat jauh dari pasangan.
·          Berlaku saling setia atau berhubungan hanya dengan seorang yang di pastikan hanya berhubungan seks dengan kita saja kalau sudah menikah atau kita tidak bisa berpantang sek.
·         Cegah infeksi degan menggunakan kondom sewaktu berhubungan seks. Bila kita dapat memastikan kesetiaan pasangan kita atau tidak tau apakan dia pernah menerima transfusi darah, tato, suntikan, dengan jarum yang tidak steril. Juga bila kita tidak bisa setia kepada pasangan kita gunakan kondom untuk berhubungan seks baik lewat liang senggama, lewat mulut atau lubang dubur.
b.Pencegahan Penularan Cara lainnya :
·         Mencegah masuknya transfusi darah tambahan yang belum diperiksa kebersihannya dari IMS ke dalam tubuh kita.
·         Berhati-hati waktu menangani segala hal yang tercemar oleh darah segar.
·         Mencegah pemakaian alat-alat tembus kulit yang tidak suci hama atau tidak steril terhadap diri kita. Misalnya Jarum suntik, alat tato, alat tindik dan sejenisnya yang bekas dipakai orang lain. Jarum suntik yang abru biasanya masih dalam plastik dan dibuka dihadapan kita.




F. PERAN BIDAN DALAM MENGATASI IMS
Sebagai seorang bidan dalam hal ini dapat mengambil perannya sebagai pelaksana yaitu :
1.      memberikan penyuluhan kepada remaja atau orang dewasa tentang seks, sebelum terjadi penularan IMS melalui hubungan seksual, betapa bahayanya jika melakukan hubungan seks bebas seperti berganti-ganti pasangan seks, melakukan hubungan seks lewat dubur (anal), oral seks.
2.      Pada seseorang yang telah terkena IMS, bidan disini memberikan konseling memberikan informasi yang selengkap-lengkapnya tentang IMS, Seseorang yang terkena IMS di anjurkan untuk tidak berhubungan seks untuk menghindari tertularnya kepada patner seksnya, Jika melakukan hubungan seks sebaiknya menggunakan kondom, IMS yang masi dapat disembuhkan sebaiknya penderita di anjurkn untuk melakukan pengobatan yang rutin

G.  Pengertian HIV/ AIDS
AIDS atau Sindrom Kehilangan Kekebalan tubuh adalah sekumpulan gejala penyakit yang menyerang tubuh manusia sesudah system kekebalannya dirusak oleh virus HIV. Akibat kehilangan kekebalan tubuh, penderita AIDS mudah terkena bebrbagai jenis infeksi bakteri, jamur, parasit, dan virus tertentu yang bersifat oportunistik

  1. Cara penularan HIV/AIDS
Virus HIV menular melalui enam cara penularan, yaitu :
1.      Hubungan seksual dengan pengidap HIV/AIDS
Hubungan seksual secara vaginal, anal, dan oral dengan penderita HIV tanpa perlindungan bisa menularkan HIV. Selama hubungan seksual berlangsung, air mani, cairan vagina, dan darah dapat mengenai selaput lender vagina, penis, dubur, atau mulut sehingga HIV yang terdapat dalam cairan tersebut masuk ke aliran darah (PELKESI, 1995). Selama berhubungan juga bisa terjadi lesi mikro pada dinding vagina, dubur, dan mulut yang bisa menjadi jalan HIV untuk masuk ke aliran darah pasangan seksual (Syaiful, 2000).
2.      Ibu pada bayinya
Penularan HIV dari ibu pada saat kehamilan (in utero). Berdasarkan laporan CDC Amerika, prevalensi HIV dari ibu ke bayi adalah 0,01% sampai 0,7%. Bila ibu baru terinfeksi HIV dan belum ada gejala AIDS, kemungkinan bayi terinfeksi sebanyak 20% sampai 35%, sedangkan kalau gejala AIDS sudah jelas pada ibu kemungkinannya mencapai 50% (PELKESI, 1995). Penularan juga terjadi selama proses persalinan melalui transfuse fetomaternal atau kontak antara kulit atau membrane mukosa bayi dengan darah atau sekresi maternal saat melahirkan (Lily V, 2004).
3.      Darah dan produk darah yang tercemar HIV/AIDS
Sangat cepat menularkan HIV karena virus langsung masuk ke pembuluh darah dan menyebar ke seluruh tubuh.
4.      Pemakaian alat kesehatan yang tidak steril
Alat pemeriksaan kandungan seperti speculum,tenakulum, dan alat-alat lain yang darah,cairan vagina atau air mani yang terinfeksi HIV,dan langsung di gunakan untuk orang lain yang tidak terinfeksi bisa menularkan HIV.(PELKESI,1995).
5.      Alat-alat untuk menoleh kulit
Alat tajam dan runcing seperti jarum,pisau,silet,menyunat seseorang, membuat tato,memotong rambut,dan sebagainya bisa menularkan HIV sebab alat tersebut mungkin di pakai tampa disterilkan terlebih dahulu.
6.      Menggunakan jarum suntik secara bergantian
Jarum suntik yang di gunakan di fasilitas kesehatan,maupun yang di gunakan oleh parah pengguna narkoba (injecting drug user-IDU) sangat berpotensi menularkan HIV. Selain jarum suntik, pada para pemakai IDU secara bersama-sama juga mengguna tempat penyampur, pengaduk,dan gelas pengoplos obat,sehingga berpotensi tinggi untuk menularkan HIV.
HIV tidak menular melalui peralatan makan,pakaian,handuk,sapu tangan,toilet yang di pakai secara bersama-sama,berpelukan di pipi,berjabat tangan,hidup serumah dengan penderita HIV/AIDS, gigitan nyamuk,dan hubungan social yang lain.


K.    Manifestasi Klinis
Gejala dini yang sering dijumpai berupa eksantem, malaise, demam yang menyerupai flu biasa sebelum tes serologi positif. Gejala dini lainnya berupa penurunan berat badan lebih dari 10% dari berat badan semula, berkeringat malam, diare kronik, kelelahan, limfadenopati. Beberapa ahli klinik telah membagi beberapa fase infeksi HIV yaitu :
1.Infeksi HIV Stadium Pertama
Pada fase pertama terjadi pembentukan antibodi dan memungkinkan juga terjadi gejala-gejala yang mirip influenza atau terjadi pembengkakan kelenjar getah bening.
2.Persisten Generalized Limfadenopati
Terjadi pembengkakan kelenjar limfe di leher, ketiak, inguinal, keringat pada waktu malam atau kehilangan berat badan tanpa penyebab yang jelas dan sariawan oleh jamur kandida di mulut.
3.AIDS Relative Complex (ARC)
Virus sudah menimbulkan kemunduran pada sistem kekebalan sehingga mulai terjadi berbagai jenis infeksi yang seharusnya dapat dicegah oleh kekebalan tubuh. Disini penderita menunjukkan gejala lemah, lesu, demam, diare, yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya dan berlangsung lama, kadang-kadang lebih dari satu tahun, ditambah dengan gejala yang sudah timbul pada fase kedua.
4.Full Blown AIDS.
Pada fase ini sistem kekebalan tubuh sudah rusak, penderita sangat rentan terhadap infeksi sehingga dapat meninggal sewaktu-waktu. Sering terjadi radang paru pneumocytik, sarcoma kaposi, herpes yang meluas, tuberculosis oleh kuman opportunistik, gangguan pada sistem saraf pusat, sehingga penderita pikun sebelum saatnya. Jarang penderita bertahan lebih dari 3-4 tahun, biasanya meninggal sebelum waktunya.


L.    Tata Laksana HIV
Belum ada penyembuhan untuk AIDS, jadi perlu dilakukan pencegahan Human Immunodeficiency Virus (HIV) untuk mencegah terpajannya Human Immunodeficiency Virus (HIV), bisa dilakukan dengan :
1.      Melakukan abstinensi seks / melakukan hubungan kelamin dengan pasangan yang tidak terinfeksi.
2.      Memeriksa adanya virus paling lambat 6 bulan setelah hubungan seks terakhir yang tidak terlindungi.
3.      Menggunakan pelindung jika berhubungan dengan orang yang tidak jelas status Human Immunodeficiency Virus (HIV) nya.
4.      Tidak bertukar jarum suntik,jarum tato, dan sebagainya.
5.      Mencegah infeksi kejanin / bayi baru lahir.
Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka pengendaliannya yaitu :
1.      Pengendalian Infeksi Opurtunistik
Bertujuan menghilangkan, mengendalikan, dan pemulihan infeksi opurtunistik, nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi yang aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien dilingkungan perawatan kritis.
2.        Terapi Antiviral Baru
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun dengan menghambat replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obat ini adalah :
1.      Didanosine
2.      Ribavirin
3.      Diedoxycytidine
4.      Recombinant CD 4 dapat larut





BAB III
PENUTUP
  1. Simpulan
IMS (Infeksi Menular Seksual) merupakan salah satu penyakit yang mudah ditularkan melalui hubungan seksual, dengan ciri khas adanya penyebab dan kelainan yang terjadi terutama di daerah genital.
HIV merupakan sebuah virus berbahaya yang dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia. Selain itu, virus inilah yang menyebabkan AIDS.
AIDS (Aqcuired Immune Deficiency Syndrome) adalah kumpulan gejala penurunan kekebalan tubuh sehingga tubuh rentan terhadap penyakit lain yang mematikan.
Cara penularan HIV yang paling umum ialah melalui senggama, transfusi darah, jarum suntik dan kehamilan. Penularan lewat produk darah lain, seperti ludah, kotoran, keringat, dll. secara teoritis mungkin bisa terjadi, namun resikonya sangat kecil.
  1. Saran
1.      Sebagai tenaga kesehatan sudah menjadi kewajiban untuk memerangi infeksi menular seksual dan HIV/ AIDS.
2.      Sebagai remaja dan masyarakat umum agar dapat mencegah infeksi menular seksual dan HIV/ AIDS.

DAFTAR PUSTAKA
            Mandal. Penyakit Infeksi. 2008. Erlangga : Jakarta
            McMillan, Alexander. Keluarga Berencana & Kesehatan Reproduksi. 2000. EGC : Jakarta



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

1 Response to "Makalah Peran Bidan dalam Kasus IMS dan HIV/AIDS"

  1. Eduardo Juan says:
    24 November 2023 at 19:29

    Todo gracias a este gran herbolario que me curó de (ENFERMEDAD DEL LUPUS). Su nombre es Dr. Imoloa. Sufrí la enfermedad de lupus durante más de 8 años con dolores como: articulaciones, sarpullido en la piel, dolor en el pecho, articulaciones inflamadas y muchos más. Los medicamentos antiinflamatorios no pudieron curarme hasta que leí sobre su recomendación. Hace 2 meses, me comuniqué con él a través de su dirección de correo electrónico y me envió el tratamiento a base de hierbas a través del servicio de mensajería DHL y me instruyó sobre cómo beberlo durante dos semanas. después de eso, y me confirmaron curada y libre en el hospital después de tomar sus poderosos medicamentos a base de hierbas. Usted también puede curarse con él si está interesado, él también usa su poderosa medicina curativa a base de hierbas para curar enfermedades como: enfermedad de parkison, cáncer vaginal, epilepsia, Trastornos de ansiedad, enfermedad autoinmune, dolor de espalda, esguince de espalda, trastorno bipolar, tumor cerebral maligno, bruxismo, bulimia, enfermedad del disco cervical, enfermedad cardiovascular, neoplasias, enfermedad respiratoria crónica, trastorno mental y del comportamiento, fibrosis quística, hipertensión, diabetes, asma ,  Artritis inflamatoria autoinmune. enfermedad renal crónica, enfermedad inflamatoria de las articulaciones, dolor de espalda, impotencia, espectro de alcohol feta, trastorno distímico, eczema, cáncer de piel, tuberculosis, síndrome de fatiga crónica, estreñimiento, enfermedad inflamatoria intestinal, cáncer de huesos, cáncer de pulmón, úlcera bucal, cáncer de boca, cuerpo dolor, fiebre, hepatitis A.B.C., sífilis, diarrea, VIH/SIDA, enfermedad de Huntington, acné de espalda, insuficiencia renal crónica, melanoma maligno, manía, melorreostosis, enfermedad de Meniere, mucopolisacaridosis, esclerosis múltiple, distrofia muscular, artritis reumatoide, Al Enfermedad de Zheimer, trae hechizo de relación de regreso. Contáctelo hoy y obtenga una cura permanente. contáctelo a través de... correo electrónico: drimolaherbalmademedicine@gmail.com

Post a Comment